Selasa, 12 Oktober 2010

Talmud, Kitab Suci Kaum Qabalis Yahudi

sumber:http://yossyrahadian.wordpress.com/2007/01/18/04-talmud-kitab-suci-kaum-qabalis-yahudi/


Pendahuluan

Kitab Talmud adalah kitab suci yang terpenting bagi kaum Yahudi, bahkan lebih penting daripada Kitab Taurat. Kitab Talmud bukan saja menjadi sumber dalam penetapan hukum agama, tetapi juga menjadi ideologi dan prinsip-prinsip, serta arahan bagi penyusunan kebijakan negara dan pemerintah Yahudi Israel, dan menjadi pandangan hidup orang Yahudi pada umumnya. Itu pula sebabnya mengapa negara Yahudi Israel disebut sebagai negara yang rasis, chauvinistik, theokratik, konservatif, dan sangat dogmatik. Untuk dapat memahami sepak-terjang negara Israel yang tampak arogan, keras-kepala, tidak kenaI kompromi, orang perlu memahami isi ajaran Kitab Talmud, yang diyakini oleh orang Yahudi sebagai kitab suci yang terpenting di antara kitab-kitab suci mereka.
Keimanan orang Yahudi terhadap Kitab Talmud mengatasi bahkan Kitab Perjanjian Lama, yang juga dikenal dengan nama Taurat. Bukti tentang hal ini dapat ditemukan dalam Talmud ‘Erubin’ 2b (edisi Soncino) yang mengingatkan kepada kaum Yahudi, “Wahai anakku, hendaklah engkau lebih mengutamakan fatwa dari para Ahli Kitab (Talmud) daripada ayat-ayat Taurat”.

Para pendeta Talmud mengklaim sebagian dari isi Kitab Talmud merupakan himpunan dari ajaran yang disampaikan oleh Nabi Musa a.s. secara lisan. Sampai dengan kedatangan Nabi Isa a.s. Kitab Talmud belum dihimpun secara tertulis seperti bentuknya yang sekarang. Nabi Isa a.s. mengutuk tradisi ‘mishnah’ (Talmud awal) termasuk mereka yang mengajarkannya (para pendeta Yahudi dan kaum Farisi), karena isi Kitab Talmud seluruhnya menyimpang, bahkan bertentangan dengan Kitab Taurat. Kaum Kristen, karena ketidak-pahamannya, hingga dewasa ini menyangka Perjanjian Lama merupakan kitab tertinggi bagi agama Yahudi. Sangkaan itu keliru.

Para pendeta Parisi mengajarkan, doktrin dan fatwa yang berasal dari para rabbi (pendeta), lebih tinggi kedudukannya daripada wahyu yang datang dari Tuhan. Talmud mengemukakan hukum-hukumnya berada di atas Taurat, dan bahkan tidak mendukung isi Taurat. Seorang peneliti Yahudi, Hyam Maccoby, dalam bukunya ‘Judaism on Trial’ mengutip pemyataan Rabbi Yehiel ben Joseph, bahwa “Tanpa Talmud kita tidak akan mampu memahami ayat-ayat Taurat … Tuhan telah melimpahkan wewenang ini kepada mereka yang arif, karena tradisi merupakan suatu kebutuhan yang sama seperti kitab-kitab wahyu. Para arif itu membuat tafsiran mereka … dan mereka yang tidak pernah mempelajari Talmud tidak akan mungkin mampu memahami Taurat.”

Memang ada kelompok di kalangan kaum Yahudi yang menolak Talmud, dan tetap berpegang teguh kepada kitab Taurat saja (Perjanjian Lama yang sekarang) Mereka ini disebut golongan ‘Karaiyah’, kelompok yang sepanjang sejarahnya paling dibenci dan menjadi korban didzalimi oleh para pendeta Yahudi orthodoks.

Kepada tradisi ‘mishnah’ itu para pendeta Yahudi menambah sebuah kitab lagi yang mereka sebut ‘Gemarah’ (kitab “tafsir” para pendeta). Tradisi ‘mishnah’ (yang kemudian dibukukan) bersama dengan “Gemarah’, disebut Talmud. Ada dua buah versi Kitab Talmud, yaitu ‘Talmud Jerusalem’ dan ‘Talmud Babilonia’. ‘Talmud Babilonia’ dipandang sebagai kitab yang paling otoritatif1.

Beberapa kutipan yang diangkat dari Kitab Tamud dalam uraian berikut ini merupakan dokumen aseli yang tidak-terbantahkan, dengan harapan dapat memberikan pencerahan kepada segenap ummat manusia, termasuk kaum Yahudi, tentang kesesatan dan rasisme dari ajaran Talmud yang penuh dengan kebencian, yang menjadi kitab suci baik bagi kaum Yahudi Orthodoks maupun Hasidiyah di seluruh dunia.

Pelaksanaan ajaran Talmud tentang keunggulan kaum Yahudi yang dldasarkan pada ajaran kebencian itu telah menyebabkan penderitaan yang tak terperikan terhadap orang lain sepanjang sejarah ummat manusia sampai dengan saat ini, khususnya di tanah Palestina. Ajaran itu telah dijadikan dalih untuk membenarkan pembantaian secara massal penduduk sipil Arab-Palestina. Kitab Talmud menetapkan bahwa semua orang yang bukan-Yahudi disebut “goyyim”, sama dengan binatang, derajat mereka di bawah derajat manusia. Ras Yahudi adalah “ummat pilihan”, satu-satunya ras yang mengklaim diri sebagai keturunan langsung dari Nabi Adam a.s. Marilah kita periksa beberapa ajaran Talmud.

Beberapa Contoh Isi Ajaran Talmud

Erubin 2b, “Barangsiapa yang tidak taat kepada para rabbi mereka akan dihukum dengan cara dijerang di dalam kotoran manusia yang mendidih di neraka”.

Moed Kattan 17a, “Bilamana seorang Yahudi tergoda untuk melakukan sesuatu kejahatan, maka hendaklah ia pergi ke suatu kota dimana ia tidak dikenal orang, dan lakukanlah kejahatan itu disana”

Menganiaya seorang Yahudi Sama Dengan Menghujat Tuhan

Sanhedrin 58b, “Jika seorang kafir menganiaya seorang Yahudi, maka orang kafir itu harus dibunuh”.

Dibenarkan Menipu Orang yang Bukan-Yahudi

Sanhedrin 57a, “Seorang Yahudi tidak wajib membayar upah kepada orang kafir yang bekerja baginya”.

Orang Yahudi Mempunyai Kedudukan Hukum yang Lebih Tinggi

Baba Kamma 37b, “Jika lembu seorang Yahudi melukai lembu kepunyaan orang Kanaan, tidak perlu ada ganti rugi; tetapi ,jika lembu orang Kanaan sampai melukai lembu kepunyaan orang Yahudi maka orang itu harus membayar ganti rugi sepenuh-penuhnya”.

Orang Yahudi Boleh Mencuri Barang Milik Bukan-Yahudi

Baba Mezia 24a, “Jika seorang Yahudi menemukan barang hilang milik orang kafir, ia tidak wajib mengembalikan kepada pemiliknya”. (Ayat ini ditegaskan kembali di dalam Baba Kamma 113b),

Sanhedrin 57a, “Tuhan tidak akan mengampuni seorang Yahudi ‘yang mengawinkan anak-perempuannya kepada seorang tua, atau memungut menantu bagi anak-lakinya yang masih bayi, atau mengembalikan barang hilang milik orang Cuthea (kafir)’ …”.

Orang Yahudi Boleh Merampok atau Membunuh Orang Non-Yahudi

Sanhedrin 57a, “Jika seorang Yahudi membunuh seorang Cuthea (kafir), tidak ada hukuman mati, Apa yang sudah dicuri oleh seorang Yahudi boleh dimilikinya”.

Baba Kamma 37b, “Kaum kafir ada di luar perlindungan hukum, dan Tuhan membukakan uang mereka kepada Bani Israel”.

Orang Yahudi Boleh Berdusta kepada Orang Non-Yahudi

Baba Kamma 113a, “Orang Yahudi diperbolehkan berdusta untuk menipu orang kafir”.

Yang Bukan-Yahudi adalah Hewan di bawah Derajat Manusia

Yebamoth 98a, “Semua anak keturunan orang kafir tergolong sama dengan binatang”.

Abodah Zarah 36b, “Anak-perempuan orang kafir sama dengan ‘niddah’ (najis) sejak lahir”.

Abodah Zarah 22a - 22b, “Orang kafir lebih senang berhubungan seks dengan lembu”.

Ajaran Gila di dalam Talmud

Gittin 69a, “Untuk menyembuhkan tubuh ambil debu yang berada di bawah bayang-bayang jamban, dicampur dengan madu lalu dimakan“.

Shabbath 41a, “Hukum yang mengatur keperluan bagaimana kencing dengan cara yang suci telah ditentukan”.
Yebamoth 63a, ” … Adam telah bersetubuh dengan semua binatang ketika ia berada di Sorga”.

Yebamoth 63a, “…menjadi petani adalah pekerjaan yang paling hina “.

Sanhedrin 55b, “Seorang Yahudi boleh mengawini anak-perempuan berumur tiga tahun (persisnya, tiga tahun satu hari)”.

Sanhedrin 54b, “Seorang Yahudi diperbolehkan bersetubuh dengan anak-perempuan, asalkan saja anak itu berumur di bawah sembilan tahun”.

Kethuboth 11b, “Bilamana seorang dewasa bersetubuh dengan seorang anak perempuan, tidak ada dosanya”.

Yebamoth 59b, “Seorang perempuan yang telah bersetubuh dengan seekor binatang diperbolehkan menikah dengan pendeta Yahudi. Seorang perempuan Yahudi yang telah bersetubuh dengan jin juga diperbolehkan kawin dengan seorang pendeta Yahudi”.

Abodah Zarah 17a, “Buktikan bilamana ada pelacur seorangpun di muka bumi ini yang belum pernah disetubuhi oleh pendeta Talmud Eleazar”.

Hagigah 27a, “Nyatakan, bahwa tidak akan ada seorang rabbi pun yang akan mas uk neraka”.

Baba Mezia 59b, “Seorang rabbi telah mendebat Tuhan dan mengalahkan-Nya. Tuhan pun mengakui bahwa rabbi itu memenangkan debat tersebut”.

Gittin 70a, “Para rabbi mengajarkan, ‘Sekeluarnya seseorang dari jamban, maka ia tidak boleh bersetubuh sampai menunggu waktu yang sama dengan menempuh perjalanan sejauh setengah mil, konon iblis yang ada di jamban itu masih menyertainya selama waktu itu, kalau ia melakukannya juga (bersetubuh), maka anak-keturunannya akan terkena penyakit ayan”.

Gittin 69b, “Untuk menyembuhkan penyakit kelumpuhan campur kotoran seekor anjing berbulu putih dan campur dengan balsem; tetapi bila memungkinkan untuk menghindar dari penyakit itu, tidak perlu memakan kotoran anjing itu, karena hal itu akan membuat anggota tubuh menjadi lemas “.

Pesahim 11a, “Sungguh terlarang bagi anjing, perempuan, atau pohon kurma, berdiri di antara dua orang laki-laki. Karena musibah khusus akan datang jika seorang perempuan sedang haid atau duduk-duduk di perempatan jalan “.

Menahoth 43b-44a, “Seorang Yahudi diwajibkan membaca doa berikut ini setiap hari, ‘Aku bersyukur, ya Tuhanku, karena Engkau tidak menjadikan aku seorang kafir, seorang perempuan, atau seorang budak belian’ “.


Kisah-kisah Holocaust oleh Romawi

Di dalam Talmud, ayat Gittin 57b ada dikisahkan tentang dibantainya 4 juta orang Yahudi oleh orang Romawi di kota Bethar. Gittin 58a, mengklaim bahwa 16 juta anak-anak Yahudi dibungkus ke dalam satu gulungan dan dibakar hidup-hidup oleh orang Romawi.
Demografi tentang zaman kuno menyatakan orang Yahudi di seluruh dunia pada masa penjajahan oleh Romawi tidak sampai berjumlah 16 juta, bahkan 4 juta pun tidak ada).

Pengakuan Talmud

Abodah Zarah 70a, “Seorang rabbi ditanya, apakah anggur yang dicuri di Pumbeditha boleh diminum, atau anggur itu sudah dianggap najis, karena pencurinya adalah orang-orang kafir (seorang bukan-Yahudi bila menyentuh guci anggur, maka anggur itu dianggap sudah najis). Rabbi itu menjawab, tidak perlu dipedulikan, anggur itu tetap halal (’kosher’) bagi orang Yahudi, karena mayoritas pencuri yang ada di Pumbeditha, tempat dimana guci-guci anggur itu dicuri, adalah orang-orang Yahudi”. (Kisah ini juga ditemukan di dalam Kitab Gemara, Rosh Hashanah 25b).

Ibadah Orang Farisi

Erubin 21 b, “Rabbi Akida berkata kepadanya, ‘Berikan saya air untuk mencuci tangan saya’. Ia menjawab, ‘Air itu tidak cukup bahkan untuk diminum, apalagi untuk membasuh tanganmu’ keluhnya. ‘Lalu apa yang harus saya perbuat ?’ tanya seseorang lainnya, ‘padahal engkau tahu menentang ucapan seorang rabbi diancam dengan hukuman mati?’ ‘Saya lebih baik mati daripada menentang pendapat kawan-kawan saya’ ” (Ritual cuci tangan ini terekam dikutuk Nabi Isa a.s. dalam Injil Matius 15 : 1- 9).

Genosida Dihalalkan oleh Talmud

Perjanjian Kecil, Soferim 15, Kaidah 10, “Inilah kata-kata dari Rabbi Simeon ben Yohai, ‘Tob shebe goyyim harog’ (”Bahkan orang kafir yang baik sekali pun seluruhnya harus dibunuh”). Orang-orang Israeli setiap tahun mengikuti acara nasional ziarah ke kuburan Simon ben Yohai untuk memberikan penghormatan kepada rabbi yang telah menganjurkan untuk menghabisi orang-orang non-Yahudi2.

Di Purim, pada tanggal 25 Februari 1994 seorang perwira angkatan darat Israel, Baruch Goldstein, seorang Yahudi Orthodoks dari Brooklyn, membantai 40 orang muslim, termasuk anak-anak, tatkala mereka tengah bersujud shalat di sebuah masjid. Goldstein adalah pengikut mendiang Rabbi Meir Kahane, yang menyatakan kepada kantor berita CBS News, bahwa ajaran yang dianutnya mengatakan orang-orang Arab itu tidak lebih daripada anjing, sesuai ajaran Talmud”.3 Ehud Sprinzak, seorang profesor di Universitas Jerusalem menjelaskan tentang falsafah Kahane dan Goldstein, “Mereka percaya adalah teiah menjadi iradat Tuhan, bahwa mereka diwajibkan untuk melakukan kekerasan terhadap ‘goyyim’, sebuah istilah Yahudi untuk orang-orang non-Yahudi”.4

Rabbi Yizak Ginsburg menyatakan, “Kita harus mengakui darah seorang Yahudi dan darah orang ‘goyyim’ tidaklah sama”.5 Rabbi Jacov Perrin berkata, “Satu juta nyawa orang Arab tidaklah seimbang dengan sepotong kelingking orang Yahudi”.6


Doktrin Talmud : Orang non- Yahudi Bukanlah Manusia

Talmud secara spesifik menetapkan orang non-Yahudi termasuk golongan binatang, bukan-manusia, dan secara khusus menyatakan bahwa mereka bukan dari keturunan Nabi Adam a.s. Ayat-ayat yang berkaitan itu ditemukan bertebaran di dalam Kitab Talmud, antara lain sebagai berikut :

Kerihoth 6b, “Menggunakan minyak untuk mengurapi. Rabbi kita mengajarkan, ‘Barangsiapa menyiramkan minyak pengurapan kepada ternak atau perahu, ia tidak melakukan dosa; bila ia melakukannya kepada ‘goyyim’, atau orang mati, dia tidak melakukan dosa. Hukum yang berhubungan dengan ternak dan perahu adalah benar, karena telah tertulis: terhadap tubuh manusia (Ibrani: Adam) tidak boleh disiramkan (Exodus 30:32); karena ternak dan perahu bukan manusia (Adam)’ “. “Juga dalam hubungan dengan yang meninggal (sepatutnya) ia dikecualikan, karena setelah meninggal ia menjadi bangkai dan bukan manusia lagi (Adam). Tetapi mengapa terhadap ‘goyyim’ juga dikecualikan, apakah mereka tidak termasuk kategori manusia (Adam) ?Tidak, karena telah tertulis: ‘Wahai domba-domba-Ku, domba-domba di padang gembalaan-Ku adalah manusia (Adam)’ (Ezekiel 34:31): Engkau disebut manusia (Adam), tetapi ‘goyyim’ tidak disebut sebagai manusia (Adam)’ “.

Pada ayat-ayat terdahulu para rabbi membahas hukum Talmud yang melarang memberikan minyak suci bagi manusia. Dalam pembahasan itu para rabbi menjelaskan bukanlah suatu dosa untuk membenkan miyak suci itu kepada ‘goyyim’ (kaum non-Yahudi, seperti muslim, Kristen, dan sebagainya), karena ‘goyyim’ tidak termasuk golongan manusia (harfiahnya: bukan keturunan Adam).

Yebamoth 61a, “Telah diajarkan: Begitulah Simeon ben Yohai menerangkan (61a) bahwa kuburan orang ‘goyyim’ tidak termasuk tempat yang suci untuk mendapatkan ‘ohel’ (memberikan sikap ruku’ terhadap kuburan), karena telah dikatakan, wahai domba-domba-Ku yang ada di padang gembalaan-Ku, kalian adalah manusia (Adam)’, (Ezekiel 34:31); kalian disebut manusia (Adam); tetapi kaum kafir ltu tldak dlsebut manusia (Adam)’ “.

Hukum Talmud menerangkan bahwa seorang Yahudi yang menyentuh bangkai manusia tau kuburan (Yahudi) menyebabkan ia ternajisi. Tetapi hukum Talmud mengajarkan, sebaliknya, jika seorang Yahudi menyentuh kuburan orang goyyim, hal itu membuat ia tetap suci, karena orang goyyim tidak termasuk golongan manusia (Adam).

Baba Mezia 114b, “Dia (Rabbah) berkata kepadanya: ‘Apakah engkau bukan pendeta: mengapa engkau berdiri di atas kuburan ? Ia menjawab: ‘Apakah guru belum mempelajari hukum tentang kesucian? Karena telah diajarkan: Simeon ben Yohai berkata:‘Kuburan kaum ‘goyyim’ tidak menajisi. Karena telah tertulis, ‘Wahai gembalaan-Ku gembalaan di padang rumput-Ku adalah manusia (Adam), dan ia berdiri di atas kuburan kaum ‘goyyim’ “.
Mengingat pembuktian berdasarkan nash Taurat (Ezekiel 34:31). disebut sampai beru1ang-kali pada ketiga ayat-ayat Talmud di atas tadi, padahal dalam kenyataannya Taurat tidak pernah menyebutkan bahwa hanya orang Yahudi saja yang termasuk golongan manusia. Para ‘hachom’ Talmud sangat menekankan kekonyo1an ajaran mereka tentang kaum ‘goyyim’. Hal itu merupakan bukti bahwa mereka sebenarnya adalah rasis dan ideolog anti-kaum non-Yahudi, yang dalam kebuntuan nalarnya telah mendistorsikan ayat-ayat Taurat dalam rangka membenarkan kesesatan mereka.

Berakoth 58a, “Shila seorang Yahudi memberikan hukuman cambuk kepada seseorang yang telah bersetubuh dengan seorang perempuan Mesir: Orang yang dicambuk itu pergi mengadukannya kepada pemerintah, dan berkata: ‘Ada seorang Yahudi yang memberikan hukuman cambuk tanpa izin dari pemerintah’. Seorang petugas memerintahkan untuk memanggilnya (Shila). Ketika ia (Shila) tiba, ia ditanya: ‘Mengapa engkau mencambuk orang ini?’ Ia (Shila) menjawab: ‘ Karena ia telah menyetubuhi keledai betina’ “. “Petugas itu berkata kepadanya: ‘Apakah engkau mempunyai saksi-saksi?’ Ia(Shila) menjawab ‘Saya mempunyainya’. Kemudian (nabi) Elijah turun dari langit dalam bentuk manusia dan memberikan bukti. Petugas itu berkata lagi kepadanya: ‘Kalau demikian halnya seharusnya orang itu dihukum mati!’ Ia (Shila) menjawab: ‘Karena kami telah diasingkan dari negeri kami, kami tidak mempunyai wewenang untuk menjatuhkan hukuman mati; lakukanlah terhadapnya sesuai kehendak kalian’ “

“Ketika mereka masih mempertimbangkan perkara itu Shila pun berteriak.• ‘Kepada-Mulah ya Tuhan Yang Maha Besar dan Maha Kuasa’ (Kisah-kisah 29:11). ‘Apa kehendakmu? tanya petugas itu. Ia (Shila) menjawab.• ‘Apa yang kukatakan ialah: Terpujilah Yang Maha Pengasih yang telah menciptakan segala sesuatunya dari tanah serupa dengan Yang di Sorga, dan telah memberikan kepadamu sekalian tempat tinggal, dan membuat kalian mencintai keadilan’ “,

“Petugas itu berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah engkau sedemikian membantu kepada kehormatan pemerintah?’ Petugas itu memberi Shila sebuah tongkat dan berkata kepadanya: ‘Engkau boleh menjadi hakim. ‘ Tatkala petugas (orang ‘goyyim’) itu telah pergi, orang-orang yang ada disana berkata kepadanya (Shila).• ‘Apakah Yang Maha Pengasih membuat mu’zizat bagi kaum pendusta?’. Ia (Shila) menjawab mereka (’goyyim’) disebut keledai? Karena telah tertulis: Daging mereka adalah daging keledai’ (Ezekiel 23:30)

Ia (Shila) memperhatikan orang-orang itu akan memberi-tahukan petugas-petugas itu bahwa ia (Shila) telah menyebut mereka sebagai keledai. Maka ia (Shila) berkata.• ‘Orang itu adalah penuntut hukum, dan Taurat telah mengatakan: Jika seseorang datang untuk membunuhmu, bangkitlah segera dan bunuh dia lebih dahulu. Begitulah tongkat yang diberikan kepadanya itu dipukulkannya kepada terdakwa dan membunuhnya.’ Kemudian ia berkata: ‘Karena sebuah mu’zizat telah terjadi melalui ayat ini, maka aku melaksanakannya’ “.

Bagian ini terpaksa diutarakan agak panjang, tetapi agaknya terpaksa dikutip seluruhnya untuk memperlihatkan bagaimana kedzaliman kaum Yahudi. Sebagai tambahan bahwa nabi Elijah sampai perlu turun dari sorga ke bumi untuk menipu mahkamah kaum goyyim, disini Talmud mengajarkan, bahwa kaum ‘goyyim’ pada dasamya adalah binatang, sehingga karena itu Rabbi Shila (dan nabi Elijah) sama sekali tidaklah dapat disebut telah berdusta atau telah membuat dosa. Ceritera itu menjelaskan bahwa sekiranya seseorang (termasuk orang Yahudi) mengungkapkan ajaran Talmud pandangan tentang kaum ‘goyyim’ sama dengan keledai, maka ia akan menerima hukuman mati. Karena mengungkapkan hal itu akan membuat kaum ‘goyyim’ murka dan akan menindas agama Yahudi.

Kutipan Talmud dari kitab Ezekiel ini merupakan “nash bukti” sangat penting, karena ayat itu menyatakan bahwa kaum ‘goyyim’ itu termasuk golongan binatang (keledai). Ayat dari kitab Ezekiel pada Kitab Perjanjian lama telah diubah dengan hanya mengatakan bahwa “orang Mesir memiliki kemaluan yang besar” (sindiran - sama dengan keledai). Hal ini tidak membuktikan atau menegaskan secara eksplisit bahwa orang Mesir yang dirujuk oleh Taurat sarna dengan binatang. Dalam hal ini Talmud memalsukan Taurat dengan cara mendistorsikan tafsir. Beberapa ayat Talmud yang lain yang mengkaitkannya dengan kitab Ezekiel 23:30 yang memperlihatkan watak rasis orang Yahudi ditemukan dalam Arakin 19b, Berakoth 25b, Niddah 45a, Shabbath 150a, dan Yebamoth 98a. Lagipula nash aseli Sanhedrin 37a hanya mengkaitkannya dengan persetujuan Tuhan untuk penyelamatan kaum Yahudi saja.7


Moses Maimonides Membenarkan Pembantaian

Begawan yang sangat dihormati, Moses Maimonides, mengajarkan tanpa tedeng aling-aling, bahwa kaum Kristen wajib dihabisi. Tokoh yang memberikan fatwa seperti itu memiliki kedudukan tertinggi dalam hirarki agama Yahudi.

Moses Maimonides dipandang sebagai penyusun hukum dan filosuf terbesar sepanjang sejarah Yahudi. Ia acapkali dengan penuh rasa hormat disebut dengan nama Rambam, dan disapa dengan panggilan Rabenu Moshe ben Maimon, yang artinya ‘Rabbi Kami Musa anak Maimun”.8 Inilah yang diajarkan oleh Maimonides tentang boleh tidaknya menyelamatkan nyawa kaum ‘goyyim’, atau bahkan’ orang Yahudi sekali pun yang berani menolak “inspirasi ilahiyah di dalam Talmud’.

“Sesungguhnya bila kita melihat seorang kafir (’goyyim’) sedang terhanyut dan tenggelam di sungai, kita tidak boleh menolongnya. Kalau kita melihat nyawanya sedang terancam, kita tidak boleh menyelamatkannya.”9. Naskah dalam bahasa Ibrani edisi Feldheim 1981 tentang Mishnah Torah menyebutkan hal yang sarna seperti itu.

Dengan peringatan dari Maimonides itu, telah diwajibkan bagi kaum Yahudi untuk tidak boleh menyelamatkan nyawa atau memberikan pertolongan kepada seorang ‘goyyim’, ia sebenarnya menyatakan sikap kaum Yahudi yang sebenarnya yang dibebankan oleh Talmud terhadap kaum non-Yahudi.10

“Hal itu telah merupakan ‘mitvah’ (kewajiban agama) untuk , menghabisi para pengkhianat kaum Yahudi, para ‘minnim’, dan “apikorsim” dan membuat mereka jatuh ke dalam lobang kehancuran, karena mereka telah menyebabkan penderitaan kepada kaum Yahudi, dan menipu manusia untuk menjauh dari Tuhan, sebagaimana yang dilakukan oleh Isa dari Nazareth dan para muridnya, dan Tzadok, Baithos dan murid-muridnya. Semoga terla’natlah mereka”.

Komentar penerbit Yahudi itu memuat pernyataan Maimonides bahwa Nabi Isa a.s. adalah contoh seorang ‘min’ (”pengkhianat” majemuknya ‘minnim’). Komentar itu juga menerangkan bahwa murid-murid Tzadok, yaitu kaum Yahudi yang menolak kebenaran Talmud dan mereka yang hanya mengakui hukum tertulis, yakni Taurat. Menurut buku ‘Maimonides’ Principles’ pada h.5, Maimonides memerlukan waktu dua-belas tahun untuk menyimpulkan hukum dan keputusan dari Talmud, dan mensistemasikan kesimpulannya itu ke dalam 14 jilid. Karya itu akhirnya selesai pada tahun 1180 dan diberi judul ‘Mishnah Torah’, atau ‘Syari’at Taurat’.

Maimonides mengajarkan pada bagian lain dari ‘Mishnah Torah’, bahwasanya kaum ‘goyyim’ bukanlah golongan manusia: “Hanyalah manusia (kaum Yahudi), dan bukannya perahu, yang dapat memperoleh najis bila bersentuhan … Bangkai dari seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan najis bila bersentuhan dengan bayang-bayang seorang Yahudi … seorang ‘goyyim’ tidak sampai menyebabkan penajisan; dan bila seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau membayangi … ‘goyyim’ itu tidak menyebabkan najis … mayat seorang ‘goyyim’ tidak menyebabkan menjadi najis; dan sekiranya’” seorang ‘goyyim’ menyentuh, membawa, atau menjatuhkan bayangannya kepada mayat, ia dianggap tidak pernah menyentuh mayat tersebut.” .11

Film ‘Schindlers List’ - Contoh Kebohongan Kaum Yahudi

Teks Talmud (khususnya Talmud Babilonia) pada Sanhedrin 37a tidak mewajibkan orang Yahudi untuk menyelamatkan nyawa orang lain, terkecuali nyawa orang Yahudi. Moshe Maimonides memperkuat ajaran Talmud tersebut. Tetapi, beberapa buku yang ditulis oleh orang-orang Yahudi kontemporer (Hesronot Ha-shas) merujuk beberapa nash dari Talmud yang seolah-olah memuat frase nilai-nilai universal, seperti, “Barangsiapa membunuh kehidupan seseorang, hal itu sama dengan membunuh seluruh isi dunia; dan barangsiapa memelihara kehidupan seseorang ,,, hal itu seperti ia telah memelihara seluruh isi dunia”. (Bandingkan dengan al-Qur’ an 5:32, “Barangsiapa yang membunuh seorang manusia bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya”)

Namun Hesronot Ha-ash mengakui ayat-ayat di atas tadi bukan katta-kata yang otentik dari Talmud yang aseli. Dengan kata lain, ayat-ayat bemada universal tersebut bukanlah nash otentik dari Talmud. Jadi sekedar sebagai contoh, “versi universal” ini yang oleh Stephen Spielberg dituangkan ke dalam filmnya ‘The Schindler’s List’ yang terkenal itu (dan dikaitkan seolah-olah bersumber dari Talmud pada judul maupun iklan filmnya) adalah penipuan dan merupakan propaganda, yang dimaksudkan untuk memberikan polesan kemanusiaan kepada Talmud, yang pada hakekatnya adalah kitab yang penuh berisi semangat rasisme dan chauvinisme Yahudi. Dalam nash Talmud yang aseli tertulis pada ayat yang sama, “Barangsiapa memelihara bahkan satu nyawa orang Israeli, maka ia seperti memelihara seluruh isi dunia”. Sama seperti ayat-ayat yang lain, Talmud yang aseli hanya membicarakan perihal menyelamatkan orang-orang Yahudi.

Tipuan Orang Yahudi

Sanggahan para rabbi orthodoks bahwa tidak ada bukti dokumentasi otentik tentang rasisme dan semangat kebencian di dalam Talmud adalah bohong besar, karena di dalam Baba Kamma 113a, menyatakan bahwa “Orang Yahudi boleh berbohong untuk menipu kaum ’goyyim’ ‘.

The Simon Wiesenthal Center, sebuah pusat propaganda ruhubiyah Yahudi yang didukung oleh dana multi-jutaan dolar terpaksa memecat Rabbi Daniel Landes pada tahun 1995, karena rabbi ini menentang ajaran dehumanisasi oleh Talmud terhadap orang non-Yahudi. “Sikap ini benar-benar busuk”, katanya. Buktinya ? “Ya, pernyataan-pernyataan di dalamnya”.

Berdusta untuk menipu orang ‘goyyim’ telah lama menjadi panutan di dalam agama Yahudi. Ambil contoh sehubungan dengan debat pada abad ke-13 di Paris antara Nicholas Donin, seorang Yahudi yang telah memeluk agama Katolik - yang oleh Hyam Maccoby diakui mempunyai pengetahuan yang luas tentang Talmud”12 -saat berkonfrontasi lawan Rabbi Yehiel. Pada waktu itu Yehiel tidak sedang berada di bawah ancaman hukuman, atau dicederai. Namun tanpa malu tetap saja berdusta sepanjang debat tersebut. Sebagai contoh ketika ditanya oleh Donin apakah ada ayat-ayat yang menghujat Jesus di dalam Talmud, Yehiel menyanggahnya. Donin, seorang ahli dalam bahasa lbrani paham benar jawaban itu dusta maka. Ryam Maccoby, seorang komentator Yahudi mengenai debat tersebut, yang hidup di abad ke-20, membela kebohongan Rabbi Yehiel seperti ini, “Pertanyaan itu mungkin diajukan, apakah Yehiel benar-benar percaya yang Jesus tidak disebut-sebut di dalam Talmud atau, bisa juga ia mengajukan pertanyaan ini sebagai suatu tipuan yang cerdik, untuk menciptakan keadaan mendesak Yehiel … tentu saja Rabbi Yehiel dapat dimaafjkan bila ia tidak mengakui sesuatu yang tidak sepenuhnya dipercayainya, dalam rangka mencegah proses tiranik yang menghadapkan budaya dari suatu agama tertentu, terhadap agama yang lain”.13

Beginilah cara orang Yahudi menyanggah sampai dengan hari ini tentang adanya nash Talmud yang mengandung ayat-ayat yang penuh dengan kebencian. Sebuah kata tentang “kebohongan Yahudi diplesetkan dan disulap menjadi “dapat dimaafkan”, sementara setiap penyelidikan terhadap kitab-kitab suci Yahudi oleh peneliti non-Yahudi dipandang sebagai “proses tiranik”. Sementara itu serangan kaum Yahudi terhadap kitab-kitab Injil Perjanjian Baru dan al-Qur’an tidak pernah dianggap sebagai “proses tiranik”. Hanya kritik kaum non- Yahudi yang dianggap tiranik, sedangkan cara mempertahankan diri bagi orang Yahudi adalah berdusta. (Tidak semua orang Yahudi bersikap seperti tersebut di atas. Dr. Israel Shahak dari Hebrew University menulis sebuah buku lengkap yang diberinya judul ‘Jewish History, Jewish Religion’, yang mendokumentasikan secara lengkap muatan anti-’goyyim’ di dalam kitab Talmud).
Betapapun banyaknya sanggahan dan kebohongan yang keluar dari ‘The Anti-Defamation League’ (ADL - ‘Liga Anti-Penghinaan’ Yahudi) dan dari the Wiesenthal Center, dalam buku ini dikutip nash-nash baik dari Talmud maupun juga dari mufassir Talmud ‚paling’ terkemuka” di mata orang Yahudi sendiri, seperti Moses Maimonides,

Pada tahun 1994 Rabbi Tzvi Marx, direktur pendidikan teknologi terapan pada ‘Shalom Hartman Institute’ di Jerusalem, telah menulis semacam pengakuan yang menakjubkan tentang bagaimana kaum Yahudi di masa yang silam telah membuat dua jenis kumpulan kitab: kitab Talmud yang otentik sebagai bahan pelajaran bagi para pemuda mereka di sekolah-sekolah (’kollel’) Talmud, dan sebuah lagi kitab Talmud yang telah “disensor dan diamendemen” yang ditujukan bagi konsumsi para ‘goyyim’ yang tidak mengerti apa-apa. Rabbi Marx menjelaskan bahwa versi tafsir Maimonides yang dikeluarkan untuk konsumsi umum, tertulis misalnya, “Barangsiapa membunuh seorang manusia, ia telah melanggar hukum”. Tetapi Rabbi Marx menyatakan, nash yang aseli berbunyi, ” Barangsiapa membunuh seorang Israeli”.

Buku Hesronot Ha-shas (”Yang Dihilangkan dari Talmud”)15 lalu menjadi penting dalam kaitan ini. Heshronot Ha-shas dicetak-ulang pada tahun 1989 oleh Sinai Publishing House, Tel Aviv. Heshronot Ha-shas menjadi sangat berharga bagi kita, karena buku ini menyusun suatu daftar panjang ayat-ayat Talmud yang diubah atau dihilangkan, dan daftar ayat-ayat yang dipalsukan dewasa ini, yang dibuat untuk konsumsi kaum ‘goyyim’ seolah-olah ayat-ayat itulah yang otentik.

Popper (h.58-59) menjelaskan : “Tidak selalu yang disensor itu ayat-ayat panjang, tetapi acapkali satu kata pun dihapus. … Acapkali dalam hal seperti itu digunakan dalam rangka penghapusan dan penggantian”. Sebagai contoh pentarjamah versi Talmud dalam bahasa Inggris terbitan Soncino menterjemahkan kata lbrani ‘goyyim’ dengan sejumlah kata-ganti samaran seperti, “kafir, Cuthean, Mesir, penyembah berhala”, dan sebagainya. Tetapi sebenarnya kata-ganti ini merujuk kepada kata-aseli ‘goyyim’ (semua yang non- Yahudi). Pada catatan-kaki no. 5 Talmud pada edisi Soncino dijelaskan bahwa, “Istilah orang Cuthea (Samaritan) disini adalah untuk menggantikan kata-aseli ‘goyyim’ … “

Hal itu merupakan praktek disinformasi yang lazim dipakai oleh kaum Farisi untuk menyangkal adanya ayat-ayat yang rasialistik di dalam Talmud yang telah diungkapkan terdahulu dalam buku ini, dalam rangka mengklaim bahwa ayat-ayat itu adalah “karangan dari orang-orang yang anti-Semit”.

Pada tahun 1994, Lady Jane Birdwood, berusia 80 tahun, ditangkap dan diadili di depan pengadi1an pidana di London, hanya karena “kejahatannya” menerbitkan sebuah pamflet berjudu1 ‘The Longest Hatred’ (’Kebencian yang Paling Lama’), berisi seluruh pernyatan kebencian di dalam Talmud yang diangkatnya dari ayat-ayat yang berisi kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen. Sepanjang peradilan yang dituduhkan terhadapnya sebagai suatu kejahatan yang sayangnya tidak mendapatkan perhatian dari media massa, seorang rabbi diundang sebagai saksi ahli. Rabbi itu menyanggah sepenuhnya bahwa kitab Talmud berisi ayat-ayat yang mengundang kebencian kepada kaum ‘goyyim’ dan Kristen, dan hanya karena kedudukan dan prestise rabbi tersebut, wanita tua yang malang itu dijatuhi hukuman “tiga bulan kurungan penjara dan denda senilai $ l000″

Dr. Israel Shahak dalam bukunya berjudul ‘Jewish History and Jewish Religion’, pada bab tentang Jesus di dalam Talmud pada h.57, dan h.105-106, menegaskan adanya ayat-ayat yang menganjurkan kebencian dan rasisme di dalam Talmud. Mereka yang menyangkal kenyataan ini adalah pembohong besar.


Tanggapan Dunia ‘Judeo-Kristen’ terhadap Talmud

Dewasa ini ada persekongkolan yang kuat antara dunia Kristen dan Yahudi. Anehnya tidak ada, bahkan tidak pernah ada, para Paus, Katolik serta tokoh-tokoh gereja Protestan di era modern ini yang menyerang atau mengecam ajaran rasisme di Talmud, atau kebencian mendarah-mendaging terhadap Kristen dan kaum ‘goyyim’ (muslim dan lain-lain) yang diajarkannya. Sebaliknya pada pimpinan gereja Kristen, baik Katolik maupun Protestan, malah dewasa ini menganjurkan kepada para pengikut Jesus Kristus untuk mentaati, menghormati, bahkan membantu pengikut Talmud. Oleh karena itu kesimpulan kita tidak lain, para pemimpin gereja Katolik dan Protestan dewasa ini sebenarnya adalah pengkhianat paling nyata terhadap Jesus Kristus di muka bumi dewasa ini (periksa Perjanjian Baru Matius 23:13-15; I Thessalonika 2:14-16; Titus 1:14; Lukas 3:8-9; dan Kitab Wahyu 3:9).

Kaum Non-Yahudi adalah ‘Sampah’

Semua orang non-Yahudi dari segala ras dan agama menurut Talmud adalah super-sampah’, begitu menurut pendiri Habad-Lubavitch, Rabbi Shneur Zalman. Analisanya ditemukan di dalam majalah Yahudi ‚The New Republic’, yang dalam analisisnya menyatakan bahwa, “… ada ironi besar dalam pandangan universalisme messianik yang baru pada gerakan Habad khususnya pandangannya tentang kaum ’goyyim’ yakni pernyataan Habad yang tanpa tedeng aling-aling berisi penghinaan bernada rasial terhadap kaum ‘goyyim ‘. …berdasarkan pendapat para theolog Yahudi pada abad pertengahan – terutama sekali pemikiran penyair dan filosuf Judah Ha-Levi pada pada abad ke-12 di Spanyol, dan tokoh mistik Yahudi Judah Loewe pada abad ke-16 di Praha - mereka mencari ketetapan mengenai keunggulan kaum Yahudi berdasarkan ras dan bukannya pada keunggulan kerohanian … menurut pandangan mereka, secara mendasar kaum Yahudi itu lebih unggul atas ras mana pun, dan mengenai hal itu ditegaskan berulangkali dalam bentuk yang sangat ekstrim oleh Shneur Zalman dari Lyadi. Pendiri Lubavitcher-Hasidisme itu mengajarkan, bahwa ada perbedaan hakiki antara jiwa orang Yahudi dengan jiwa kaum ‘goyyim’, bahwasanya hanyalah jiwa orang Yahudi yang di dalamnya terdapat dan memancarkan cahaya kehidupan ilahiyah. Sedangkan pada jiwa kaum ‘goyyim’, Zalman selanjutnya menyatakan, “sama sekali berbeda, karena terciptanya memang lebih inferior. Jiwa mereka sepenuhnya jahat, tanpa mungkin diselamatkan dengan cara apa pun.”

Akibat rujukan tentang kaum ‘goyyim’ menurut ajaran Rabbi Shneur Zalman, tanpa kecuali menyebabkan adanya penyakit dalam jiwa mereka. Dzat darimana jiwa kaum ‘goyyim’ terbuat penuh dengan “sampah” rohani. Itulah sebabnya mengapa jumlah mereka lebih banyak daripada kaum Yahudi, karena jumlah gabah lebih banyak daripada berasnya. Semua kaum Yahudi secara hakiki baik, dan semua kaum ‘goyyim’ secara hakiki jahat.

“Karakterisasi kaum ‘goyyim’ yang dinyatakan secara hakiki jahat dan dari segi kerohanian maupun biologis lebih inferior dari kaum Yahudi, belum pernah diralat dalam ajaran Habad masa kini”.16

Syari’at Yahudi Menuntut bahwa Kaum Kristen Wajib Dihukum Mati

Para ulama Taurat menetapkan, bahwa, “Taurat mewajibkan bahwa ummat yang benar akan mendapatkan tempatnya di Hari Kemudian. Tetapi, tidak semua kaum ‘goyyim’ akan memperoleh kehidupan yang abadi meskipun mereka taat dan berlaku shaleh menurut agama mereka … Dan meskipun kaum Kristen pada umumnya menerima Kitab Perjanjian Lama Ibrani sebagai kitab yang diwahyukan dari Tuhan, namun mereka (disebabkan adanya kepercayaan pada apa yang disebut mereka ketuhanan pada Jesus) sebenarnya kaum Kristen adalah penyembah berhala menurut Taurat, oleh karena itu patut dihukum mati, dan mereka kaum Kristen itu sudah dipastikan tidak akan memperoleh ampunan di Hari Kemudian.”

Takhayul Kaum Yahudi

Bukanlah mengada-ada bila edisi Talmud Babilonia dipanadang sebagai kitab suci Yahudi yang paling otoritatif. Karena orang Kristen terperdaya oleh para pengkhotbah Yahudi, maka para Paus kian hari kian percaya dan meminta fatwa kepada rabbi Yahudi sebagai “nara sumber yang shahih” untuk mendapatkan keterangan bila berkaitan dengan kitab Perjanjian Lama, yang tanpa mereka sadari berkonsultasi dengan para okultis (juru-ramal).

Yudaisme adalah agama kaum Farisi dan para pendeta Babilonia, yang menjadi sumber ajaran Talmud dan Qabala, yang di kemudian hari membentuk agama Yudaisme. Kitab suci Yudaisme Orthodoks lainnya, seperti ‘Kabbalah’, isinya penuh dengan ajaran tentang astrologi, ramal-meramal, gematria, nekromansi (sihir), dan demonologi (ilmu hitam). Jika seorang Yahudi ingin bertaubat ia cukup mengangkat seekor ayam, membaca mantera untuk keperluan itu, dan mengibas-kibaskannya di atas kepalanya untuk memindahkan dosa- dosanya kepada ayam tersebut. Yang dapat kita katakan mengenai hal ini tidak lain adalah takhayul dalam arti yang sebenar-benarnya. Selanjutnya lambang Israel yang mereka sebut sebagai “bintang Nabi Daud” sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Nabi Daud a.s. Bintang itu adalah hexagram (bersudut enam) supranatural yang melambangkan yantra dari androgen (kelenjar yang memberikan karakteristik pada kaum laki-Iaki), yang dihubungkan dengan para Khazar Bohemia pada abad ke-14. (Penyesatan publik dengan penggunaan nama “negara Israel” yang didirikan pada tahun 1948, merupakan buah hasil persekongkolan antara kaum Bolshevik-Yahudi dengan kaum Zionis yang atheis; nama itu tidak ada sangkut-pautnya dengan kelanjutan kerajaan Nabi Daud, tetapi dikukuhkan melalui pcngakuan pertama di PBB yang diberikan oleh diktator komunis Uni Sovyet Joseph Stalin).

Kaum Kristen akan lebih terbuka matanya bila berkunjung ke komunitas Yahudi Hasidik menonton acara ‘Purim’, dimana sebuah patung serupa Halloween meloncat-loncat (seperti ‘jailangkung’). Meskipun upacara ‘Purim’ itu merujuk kepada Kitab Esther yang disebutkan sebagai nash dasarnya, dalam prakteknya upacara ‘Purim’ tidak lain adalah sebuah tradisi kaum kafir Bacchan.17

Para rabbi orthodoks menggunakan kutukan, mantra, imej, dan sebagainya, yang mereka anggap lebih besar kuasanya dari kuasa Tuhan. Kesesatan itu mereka ambil dari ajaran Sefer Yezriah, (sebuah buku tentang ilmu sihir kaurn Qabalis). Kaum non-Yahudi dapat menyaksikan ulangan perilaku paganisme Babilonia kuno setiap kali mereka mengamati ritual para rabbi agama Yudaisme.18

Dengan mengetahui ajaran Talmud yang menjadi dasar konstitusi prinsip, dan arah kebijakan negara dan pemerintah Israel, mudah dipahami mengapa negara Israel sangat arogan dengan kebuasan yang melebihi Nazi Jerman.

Daftar Pustaka

1. R.C.Musaph-Andriesse, ‘From Torah to Kabbalah: A Basic Introduction to the Writings of Judaism’, h.40.
2. Jewish Press, 9 Juni 1989, h.56B.
3. Program CBS 60 Menit “Kahane”.
4. The New York Daily News, 26 Februari 1994, h.5.
5. The New York Times, 6 Juni 1989, h.5.
6. The New York Daily News, 28 Februari 1994, h.6.
7. ‘The Heshronot Ha”shas’, Cracow, 1894.
8. Aryeh Kaplan, ed., ‘Maimonides’ Priciples’, Union of Orthodox Jewish Congregation of America, h.3.
9. Maimonides, Mishnah Torah’, Moznaim Publishing Corporation, Brooklyn, New York, 1990, Chapter 10, English version, h.184.
10. Ibid., Chapter 10, h.184.
11. Herbert Danby, translator, ‘The Code of Maimonides’, vo1.10, Yale University Press, New Haven, 1954, h. 8-9.
12. ‘Judaism on Trial’, h.26.
13. ‘Judaism on Trial’, h.28.
14. Tikkun, ‘Bimonthly Jewish Critique, edisi May-June, 1994.
15. William Popper, ‘The Censorship of Hebrew Book’, h.59.
16. ‘The New Republic’, Edisi 4 May 1992; juga Roman A.Foxbrunner, ‘Habad: The Hasidism of Shneur Zalman of Lyadi’, Jason Aronson, Inc., Northvale, New Jersey, 1993, h. 108-109.
17. “Kepercayaan takhayul perayaan itu diwarisi dari nenek-moyang orang Yahudi’” Canadian Jewish News edisi November 16, 1989, h.58
18. Israeli Mcchon-Mamre Website, August 7, 1999; Hayyim Vital St., Jerusalem, (Mechon-Mamre adalah kelompok kecil sarjana Taurat di Israel cf. Indra Adil dan Bambang E.Budhiyono, eds., ‘Skenario Besar Penghancuran Bangsa-bangsa’, Mimeograf, barani.net, Jakarta, Desember 2000).

Ayat-Ayat Hitam Talmud

Talmud merupakan kitab suci kelompok Zionis-Yahudi di seluruh dunia. Seluruh tindak-tanduk Zionis-Israel mengacu pada ayat-ayat Talmudisme. Bahkan Texe Marrs, investigator independen Amerika yang telah menelusuri garis darah Dinasti Bush selama enam tahun, menemukan bukti bahwa keluarga besar Bush, termasuk Presiden AS George Walker Bush, merupakan sebuah keluarga yang sangat rajin mendaras dan mempelajari Talmud.

“Dinasti Bush adalah dinasti Yahudi dan mereka menjadikan Talmud sebagai kitab sucinya. Adalah salah besar menyangka mereka sebagai keluarga Kristiani. Mereka menunggangi kekristenan untuk menipu warga Kristen dunia. Padahal, mereka merupakan keluarga Talmudis yang taat, ” demikian Texe Marrs.Kita tentu sudah banyak mendengar tentang Talmud. Namun belum banyak yang mengetahui apa saja ayat-ayatnya. Berikut kami tampilkan sejumlah ayat-ayat Talmud yang menjadi dasar segala tindakan kaum Zionis terhadap orang-orang non-Yahudi (Ghoyim atau Gentilles), dan darinya Anda akan bisa “memahami” mengapa kaum Zionis selalu saja mau menang sendiri, selalu mengkhianati perjanjian, dan sebagainya. Inilah ayat-ayat suci mereka:

“Hanya orang-orang Yahudi yang manusia, sedangkan orang-orang non Yahudi bukanlah manusia, melainkan binatang.” (Kerithuth 6b hal.78, Jebhammoth 61a)

“Orang-orang non-Yahudi diciptakan sebagai budak untuk melayani orang-orang Yahudi.” (Midrasch Talpioth 225)

“Angka kelahiran orang-orang non-Yahudi harus ditekan sekecil mungkin.” (Zohar II, 4b)

“Orang-orang non-Yahudi harus dijauhi, bahkan lebih daripada babi yang sakit.” (Orach Chaiim 57, 6a)

“Tuhan (Yahweh) tidak pernah marah kepada orang-orang Yahudi, melainkan hanya (marah) kepada orang-orang non-Yahudi.” (Talmud IV/8/4a)

“Di mana saja mereka (orang-orang Yahudi) dating, mereka akan menjadi pangeran raja-raja.” (Sanhedrin 104a)

“Terhadap seorang non Yahudi tidak menjadikan orang Yahudi berzina. Bisa terkena hukuman bagi orang Yahudi hanya bila berzina dengan Yahudi lainnya, yaitu isteri seorang Yahudi. Isteri non-Yahudi tidak termasuk.” (Talmud IV/4/52b)

“Tidak ada isteri bagi non-Yahudi, mereka sesungguhnya bukan isterinya.” (Talmud IV/4/81 dan 82ab)

“Orang-orang Yahudi harus selalu berusaha untuk menipudaya orang-orang non-Yahudi.” (Zohar I, 168a)

“Jika dua orang Yahudi menipu orang non-Yahudi, mereka harus membagi keuntungannya.” (Choschen Ham 183, 7)

“Tetaplah terus berjual beli dengan orang-orang non-Yahudi, jika mereka harus membayar uang untuk itu.” (Abhodah Zarah 2a T)

“Tanah orang non-Yahudi, kepunyaan orang Yahudi yang pertama kali menggunakannya.” (Babba Bathra 54b)

“Setiap orang Yahudi boleh menggunakan kebohongan dan sumpah palsu untuk membawa seorang non-Yahudi kepada kejatuhan.” (Babha Kama 113a)

“Kepemilikan orang non-Yahudi seperti padang pasir yang tidak dimiliki; dan semua orang (setiap Yahudi) yang merampasnya, berarti telah memilikinya.” (Talmud IV/3/54b)

“Orang Yahudi boleh mengeksploitasi kesalahan orang non-Yahudi dan menipunya.” (Talmud IV/1/113b)

“Orang Yahudi boleh mempraktekan riba terhadap orang non-Yahudi.” (Talmud IV/2/70b)

“Ketika Messiah (Raja Yahudi Terakhir atau Ratu Adil) dating, semuanya akan menjadi budak-budak orang-orang Yahudi.” (Erubin 43b)

Inilah sebagian kecil dari ayat-ayat hitam Talmud. Inilah landasan ideologis kaum Zionis dalam hidupnya. Setiap hari Sabtu yang dianggap suci (Shabbath), mereka mendaras Talmud sepanjang hari dan mengkaji ayat-ayat di atas. Mereka menganggap Yahudi sebagai ras yang satu-satunya berhak disebut manusia. Sedangkan ras di luar Yahudi mereka anggap sebagai binatang, termasuk orang-orang liberalis yang malah melayani kepentingan kaum Zionis.
sumber eramuslim.com

Senin, 11 Oktober 2010

lahirnya sang imam 'Ali bin Abi Tholib as.

Fathima binti Asad, istri Abu Thalib, dalam keadaan hamil tua datang ke Ka’bah untuk berdoa. Dia memohon agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.

Ketika dia sedang asyik berdoa dekat pintu Ka’bah, tiba-tiba dia terkejut melihat dinding Ka’bah retak dan terbuka lebar. Dinding itu terus terbuka dan semakin melebar sehingga Fathimah binti Asad pun tergerak memasuki Ka’bah melalui celah tersebut. Setelah dia berada di dalam Ka’bah, celah itu pun secara ajaib tertutup kembali sehingga kembali normal seperti semula dan Fathimah tertinggal di dalam Ka’bah.

Sebagian orang yang melihat kejadian tersebut segera menceritakan kepada orang lain apa yang dilihatnya. Orang-orang berdatangan setelah mendengar cerita mereka yang menyaksikan kejadian ajaib tersebut dan ingin melihat keajaiban tersebut. Mereka membawa kunci pintu Ka’bah dan berusaha membukanya. Anehnya lagi, pintu Ka’bah tidak jua dapat dibuka.

Nabi Muhammad Saw yang baru pulang dari sebuah perjalanan, melewati tempat kejadian, di mana banyak orang berkerumun di sekitar Ka’bah. Nabi Saw turun dari untanya dan menghampiri kerumunan orang. Beliau melihat beberapa orang berusaha membuka pintu Ka’bah tapi mengalami kegagalan. Nabi Saw meminta kunci tersebut dan mencoba membukanya. Dengan izin Allah, pintu pun dapat terbuka. Fathimah yang berada di dalam segera keluar dan membawa bayinya yang mungil yang baru saja dilahirkan.

Fathimah binti Asad menyodorkan bayinya ke Nabi, dan Nabi menggendong bayi kecil tersebut. Ketika berada di dalam gendongannya, sang bayi membuka matanya. Matanya yang jernih dan berkilat-kilat itu menatap wajah sang Nabi. Wajah Nabi Saw-lah yang pertama kali dilihatnya ketika pertama-tama dia membuka matanya. Dan bayi inilah yang kelak senantiasa membela Nabi Saw. Ibu sang bayi, Fathimah binti Asad, menamai bayinya Haydar (Singa), sementara Nabi Saw menamai bayi tersebut dengan nama ‘Ali (salah satu dari Asma al-Husna: Yang Maha Tinggi) 1]. Imam Ali bin Abi Thalib adalah satu-satunya orang yang pernah lahir di dalam Ka’bah. Di dalam syair-syairnya, Imam Ali sering menyebut dirinya dengan sebutan putra Ka’bah!

Laa hawla wa laa quwwata illa billah.

Catatan Kaki :
1. Nama ‘Ali yang diberikan Rasulullah Saw ini merupakan fakta sejarah yang meruntuhkan hadis yang sering digunakan kaum Wahabi untuk mewajibkan seseorang menggunakan kata “’Abd” untuk digandengkan dengan nama-nama Allah, seperti Rahman menjadi Abdur Rahman. Jika benar hadis Wahabi itu maka sudah pastilah Nabi akan menggandengkan kata ‘Ali dengan Abdul-‘Ali, tetapi sampai Rasulullah Saw wafat, tidak kita jumpai satu riwayat pun bahwa beliau mengubah nama ‘Ali menjadi Abdul ‘Ali. Dari fakta sejarah ini, kita mendapat pelajaran agar selalu meneliti berbagai hadis yang kita terima, terutama dari kaum Wahabi. Sudah sedemikian banyak bukti kebodohan dan kecerobohan kaum Wahabi di dalam hal ini.
sumber: http://qitori.wordpress.com

Minggu, 10 Oktober 2010

Riwayat hidup sayyidah fatimah Az-zahro binti Rosul Al- mustofa

Pernikahan Nabi Saww dengan Sy.khadijah.

Khadijah dari bani Hasyim adalah wanita terkaya dan terhormat di seluruh Arab. para tokoh pemuda Qurays yang kaya: Abu jahal & Abu sofyan dari Bani Ummayah ikut melamarnya. akan tetapi semua itu di tolak oleh Khadijah.

Sy.Khadijah tertarik akan Akhlak Muhammad yang lebih tampan dari Nabi Yusuf as, Akan tetapi ketampanan Nabi Muhammad Saww, dijaga oleh Alah swt dari mempesonakn para wanita.

Khadijah menyampaikan hasrat hatinya kepada paman Nabi ya itu Abu tholib,& Nabi Muhammad menyetujuinya, maka terjadilah acara pernikahan antara Sy,Khadijah yang kaya dengan Muhammad yang miskin. seteleh pernikahan, Nabi Muhammad di iringi keluarganya memasuki Rumah Khadijah yang seperti istana. Khadijah menyambutnya dengan ramah dan riang sambil berkata: wahai muhammad suamiku.. masuklah..! rumah ini dan semua isinya telah menjadi milikmu dan kauopun telah siapo mengabdi menjadi hanba sahayamu..!

Nabi Muhammad mengagumi Akhlak Khadijah yang ramah tamah dan rendah hati itu, kemudain Nabi berdoa: Ya Allah..! Rakhmatilah Khadijah, karena kerakhmatannya kepada setiap orang..!

ketika hendak melahirkan, para bidan dilarang oleh para peminang yang tertolak untuk membantu Khadijah melahirkan, sehinnga Sy.Khadijah mengeluh kepada suaminya, yang kemudian berdoa.. lalu Allah Swt mendatangkan: siti maryam ibu Isa as, Siti Aisyiyah istri firun yang beriman dan nenolong Nabi Musa As, serta Malaikat untuk menolong Sy.Khadijah dan kemudian lahirlah Sy.Fatimah Az- Zahra As. maka berkumpulah 4 wanita termulia di sisi Allah swt di seluruh alam semesta ini menjadi satu dengan lahirnya Sy.Fatimah Az-Zahra as.

Sy.Khadijah tiada berhasrat lagi untuk berdagang dan seluruh hartanya di hibahkan kepada islam. Khadijah selalu merasa iba, resah dan gelisah akan kelakuan yang tak bermoral dari kaumnya kepada suaminya.

perasaan nelangsa ini semakin jadi dan pada puncaknya, Khadijah tak mampu mempertahankan kesehatannya, lalu berwasiat kepada Fatimah putrinya:

Duahai puteriku Fatimah sayang..!

Engkau telah mengatahui akan kesehatanku yang semakin lama tak dapat kupertahankan, aku selalu mendengar perbuatan aniaya oleh kaumku terhadapa ayahmu, walupun engaku dan ayahmu menutupinya

Demi Allah.. aku tak mampu lagi mendengar cacian, hinaan yang di lontarkan oleh orang orang hina itu, kepada ayahmu yang suci..! dari itu aku mohon kelrelaanmu akan kepergianku nak... !

dan bila ajalku tiba.. mohon sampaikan salam hormatku kepada ayahmu, sampaikan salam sayangku kepada suamiku, sampaikan salam cintaku kepada Nabiku.. salam.. dan salam.. nak... !

Bila di izinkan oleh ayahmu ku mohon..!

agar jasadku dikafani dengan sorban yang selalu digunakan oleh ayahmu itu... !

agar di kubur nanti aku masih merasa selalu bersamanya dan takkan kurasakan sendirian lagi disana... !

Demi Allah.. ! aku tak sanggup berpisah denganmu dan dengan ayahmu nak... !

semoga di akhirat nanti, Allah swt menyatukan kita kembali agar dapat merasakan kebahagiaan hidup yang abadi...Amin...Amin... Yaa RobbalAlamin.. !

Khadijah memegangi tangan suaminya dan tangan puterinya dan mengarahkan pandangan kepada keduanya, sambil tersenyum lalu merapatkan matanya perlahan dan....... Innalillahi wa inna ilaihirojiun.....

Sy.Fatimah menyampaikan wasiat ibunya kepada ayahnya, Mendengar wasiat istrinya dari putrinya Nabi Muhammad Saww menangis dan berkata kepada jasad istrinya: oh... Khadijah istriku sayang... !

Allah swt telah mengetahui akan semua hartamu yang telah kau berikan demi tegaknya islam... !

seluruh imat islam telah ikut menikmatinya... !

semua pakaian yang kukenakan ini darimu... !

Lalu permintaan terakhirmu kepadaku hanyalah sebuah sorban... !

Yaa Allah... ! limpahkanlah Rahmat- Mu kepada Khadijah yang selalu mendukungku, menyenangkan hatiku, dan tak pernah sedikitpun menyakiti dan menyusahkanku... !

melihat Fatiamah... Rosulullah Saww segera menahan kata kata dan tangisannya.. karena tak tega terhadap putrinya yang masih kecil telah mendapat ujian yang amat berat deritanya.

Di atas kubur ibunya, Fatimah sujud menciumi dan mengusap-ngusap tanah di atas kubur itu dan membasahi permukaannya dengan air matanya, lalau terdengarlah suara lirih Fatimah As merintih:

Yaa Ummi..... Yaa Ummi.... Yaa Ummi.... !

Alahamdulillah.... telah kusampaikan wasiatmu dan suamimu telah menunaikannnya.... !

Aku rela akan kepergaianmu, namun Aku terlalu kecil untuk kau tinggalkan... yaa Ummi... !

aku masih belum mampu berpisah denganmu dan berpisah dari kasih sayangmu... !

Yaa Ummi... !

aku berteimakasih akan semua keikhlasanmu yang selalu setia menerimaku di dalam rahimmu

akan jerih payahmu di kala kau mengadungku

akan perjuangan hidup mati disaat melahirkanku

akan setiap air susu yang kau hibahkan kepadaku

akan deritamu di setiap luka di dalam lubuk hatiku

Baktiku kepadamu belum sempat kusampaikan

taatku kepadamu belum sempat kulaksanakan

Belaian apa yang dapat menentramkan jasadmu..?

kebahgian apa yang akan aku berikan selain doa...?

Yaa Umi... ! Mohonkanlah kepada Allah swt: Agar aku mampu mengatasi kegetiran hidup

ini dari kegelisahan akan sirnanya kasih sayang

dari kegoncangan yang selalu menyesakkan

dari kehidupan yang hanpa di ruangan nestapa

dari duka yang berselimut dan berbantal air mata

kemudian Sy.Fatimah memeluk ayahnya dengan isakan yang tersisa, dengan suara parau, lirih berkata:

wahai ayah... !

Mohonkanlah kepada Allah swt agar ibuku terhindar dari segala siksa di dlam kuburnya... !

Rosulullah tersa tercekik, tak tega melihat kenyataan, betapa terpukulnya persaan puterinya,

hingga beliau tak kausa bersuara selain: insya allah... nak... !

kemana saja rosulullah saww pergi selalu membawa fatimah dan di dalam rumah, fatimah di temani oleh Ali bin abin tholib yang usianya beberapa tahun di atas usia fatimah.

ketika sholat pada saat sujud kaum kafir Qurays mencaci dan menghina sambil meletakkan dan membelah isi perut onta di pungu Nabi saww.

Fatimah yang masih kecil membersihkannya tanpa bersuara dan di iringi linangan air matanya.....

Nabi saww: Wahai fatimah puteriku sayang.... !

semua gangguan ini tidak berarti lagi bagiku, bila

di bandingakn dengan kesedihanmu itu, nak.... !

ketahuilah wahai puteriku sayang.... !

setiap tetes air matamu itu, bagiku laksana anak panah yang menghunjam di jantungku ini... !

Ku mohon hapusklanlah air matamu itu nak... !

kemudian Rosul berdoa:

Yaa Ilahi... Yaa Robbi...!

cintailah putriku fatimah dan cintailah siapa saja yang mencintainya...!

dan tegarkanlah aku untuk menghiburnya, sebab sejak kanak hingga akhir hayatnya nanti,

puteriku fatimah ini akan selalu di rundung derita yang tak berkusudahan... !

mendengar penghinaan Bani Ummayyah terhadap Nabi muhammad saww dari Bani Hasyim,

maka paman Nabi yang bernama Abu thalib itu mengumpulkan semua kerabatnya dari Bani Hasyim lengkap dengan pakain perangnya,

di hadapan khalayak ramai , Abu thalib bersuara lantang:

Aku ketua dari bani Hasyim memperingatkan kepada siapa saja yang berani menganggu keponakanku

yang bernama Muhammad..... !

demi tuhan pimilik ka'bah ini... !

Aku nyatakan perang terhadapnya... !

setelah itu sumua suku tidak berani lagi menggangu Muhammad saww, tetapi kini mereka menggunakan anak anak kecil yang banyak jumlahnya agar melempar batu kepada Nabi saww yang hinga luka berdarah.

Fatimah menangis mengadukan hal itu kepada Ali bin Abi Thalib yang juga amasih kecil.

Bila Nabi keluar Rumah, Ali mengikutinya, dan pada saat anak anak suku kafir Quraisy melempari Nabi...

Ali memukuli semua anak anak kecil itu, yang sebaya dengannya, dan anak anak itu kemabali pulang

sambil menangis mengadukan kepada orang tuanya.

dan disinilah awal dendam permusuhan kaum kafir Qurays kepada Ali bin abI Thalib di kemudia hari.

Selasa, 16 Maret 2010

Dialog Ali bin Abi Thalib-Yahudi: Perbandingan Muhammad dan Adam

Dinukil dari Musa bin Ja’far, dari ayahnya Ja’far Shadiq, dari ayah-ayahnya, dari al-Husain bin Ali bin Abi Thalib, dikatakan bahwa seorang Yahudi dari Syam pernah membaca Taurat, Zabur, Injil dan kitab-­kitab para nabi As, di samping itu ia juga banyak mengetahui argumentasi mereka. Suatu hari orang ini datang ke sebuah majelis para sahabat Rasulullah Saw di antara mereka ada Ali bin Abi Thalib, Ibnu Abbas dan Abu Ma’bad al-Juhani.

“Wahai umat Muhammad, kalian tidak tinggalkan satu derajat atau satu keistimewaan yang ada pada seorang nabi melainkan kalian berikan pula pada nabi kalian,” ujarnya. Lalu Yahudi itu bertanya, “Apakah kalian dapat men­jawab pertanyaan-pertanyaanku ini?”

“Benar,” jawab Ali “Tidaklah Allah Swt memberikan suatu derajat dan keis­timewaan kepada seorang nabi atau rasul me­lainkan Allah berikan juga semuanya kepada Nabi Muhammad Saw, bahkan Dia melebih­kannya atas para nabi berlipat ganda.”

“Apakah Anda siap menjawab pertanyaan­ku?” tanyanya.

Ali menjawab, ‘Iya, Silahkan.’ Akan aku sebut di hadapanmu sekarang juga tentang keis­timewaan Rasulullah Saw sehingga kaum Muslimin bersorak ceria dan orang-orang ragu-ragu tidak akan menyangsikannya lagi. Dan Rasulullah Saw pada saat menyebutkan keisti­mewaan dirinya beliau selalu berkata, “tidak bermaksud bangga” (wa la fakhr).” Dan aku akan menyebutkan keistimewaan-keistimewaan beliau tanpa menjatuhkan dan mengurangi kedudukan para nabi As Namun, sekedar men­syukuri Allah Swt atas anugerah yang Dia berikan kepada baginda Muhammad Saw seperti yang diberikan kepada para nabi bahkan Allah Swt melebihkan beliau.”

Aku akan bertanya kepadamu, siapkanlah jawabannya! Ujar si Yahudi itu. “Sampaikan pertanyaanmu, tegas Sayyidina Ali bin Abi Thalib. Yahudi berkata, “Lihatlah Adam As, Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepadanya. Apakah Allah Swt berbuat yang sama terhadap Muhammad ?”

Ali menjawab, `Ya.’ Ketika Allah memerintahkan para malaikat untuk bersujud kepada Adam As bukan berarti mereka menyem­bah Adam As, tetapi mereka mengakui keuta­maan Adam As dan karena kasih sayang Allah kepadanya. Namun, Muhammad Saw telah di­beri kehormatan yang lebih dari itu. Allah SWT bershalawat atasnya di alam Jabarut dan juga malaikat seluruhnya. Bahkan Allah menjadikan shalawat atasnya sebagai suatu ibadah bagi orang-­orang mukmin. Itu adalah suatu keistimewaan Muhammad Saw, wahai orang Yahudi.” Jawab Ali.

Sesungguhnya Allah telah mengampuni Adam setelah melakukan kesalahan, ” kata si Yahudi. “Benar. Allah memberi ampunan kepada Muhammad tanpa suatu kesalahan yang pernah dilakukan olehnya. Allah Swt berfirman, “Allah hendak mengampunimu dosa yang telah lalu dan yang akan da­tang.” (Qs.al-Fath : 2) Sesungguhnya Muhammad Saw di hari kiamat kelak tidak akan membawa dosa dan tidak akan dituntut karena perbuatan dosa.”

Kamis, 12 November 2009

RESEP ATAU OBAT PENYEMBUH DOSA

pertama, ambilah akar2 kemelarantanmu dan jiwa kesabaran,
lalu campur dengan bubuk fikiran.
dan di campurkadarnya sama dg rendah hati,dan kehusyuan.
kemudian tumbuk semuanya dalam lumpang taubat, dan basahi dg air mata.
lalu tempatkan ke dalam tempat rendah diri kepada ALLAH, dan masak dg Api tawakkal ke padaNya.
setelah itu aduk dg sendok istighfar, hingga nampak taufik dan kerendahan diri,
kemudian pindahkan ke mangkok cinta, dan dinginkan dengan udara kasih sayang.
stelah di saring dg saringan ke susahan, di tambah dg hakikat iman, serta di campur dg taqwa kepada ALLAH,
minumlah obat itu selama hidupmu. dan hati mu akan sembuh dari segala keluhan, dan penyakit dosa itu akan hilang. insya allah

Minggu, 02 Agustus 2009

Tujuan Khalifah Umar bin Khatthab ra

Kabilah-kabilah suku Qurais telah berjuang memerangi munculnya kenabian yang berasal dari Bani Hasyim dengan berbagai cara. Mereka melakukan penyerangan terhadap Bani Hasyim bukan dipicu oleh rasa kecintaan mereka terhadap berhala, juga bukan karena kebencian mereka terhadap Islam. Akan tetapi suku Qurais tidak ingin sistem perpolitikan mereka yang dibangun atas dasar pembagian kekuasaan menjadi berubah dengan datangnya agama Islam, karena Islam selalu menghancurkan segala jenis sistem yang tidak sesuai dengan fitrah manusia. Suku Qurais juga tidak ingin Bani Hasyim menjadi kabilah yang paling istimewa dibandingkan dengan kabilah-kabilah yang lain. Suku Qurais memandang bahwa kenabian dan kekhalifahan merupakan sarana yang digunakan Bani Hasyim agar orang-orang menganggap Bani Hasyi sebagai kabilah yang paling istimewa diantara kabilah-kabilah Qurai yang lain.
Oleh karena itu, kabilah-kabilah Qurais melakukan boikot kepada Bani Hasyim dan melakukan makar untuk membunuh Rasulullah. Kabilah-kabilah tersebut bahu-membahu memerangi Rasulullah. Akan tetapi boikot dan makar itu menemui kegagalan. Kabilah-kabilah Qurais akhirnya menyerah dan satu-persatu memeluk Islam. Mereka sadar, kenabian dari Bani Hasyim merupakan takdir yang tak dapat dielakkan keberadaannya, dan tak satupun yang dapat membatasi dan mencegahnya. Kenabian lalu diakui sebagai hak yang benar-benar hanya untuk Bani Hasyim, dan tak satu kabilahpun yang boleh ikut serta mengambil bagiannya dari kenabian ini.
Sebagai tindak lanjut dari keenabian ini, Nabi menyiapkan kekhalifahan untuk Ali sebagai penggantinya berikut keturunan Ali setelah ia wafat. Ali dan keturunannya yang pilihan adalah orang-orang yang afdhal(utama), dan paling mengerti hakikat Islam ketimbang individu yang lain. Allah juga memandang mereka sebagai orang-orang yang paling tepat memimpin umat Islam dan dapat diterima oleh umat.
Ikrar tak tertulis
Kabilah-kabilah suku Qurais satu persatu memeluk Islam, akan tetapi Islam memperhitungkan keadaan mereka sebelumnya. Mempersatukan suku Qurais dibawah naungan Islam merupakan maslahat dan sesuai syariat, karena akan memperluas dan menebarkan agama Islam diseluruh pelosok negeri. Menurut para pemuka kabilah Qurais, hal itu tidak akan dapat dicapai jika tidak melakukan dua hal;
Pertama, mengikhlaskan kenabian hanya untuk Bani Hasyim dimana tak satu kabilahpun yang dapat ikut ambil bagian dalam kenabian tersebut.
Kedua, menjadikan kekhilafahan untuk kabilah-kabilah Qurais yang lain dimana Bani Hasyim sama sekali tidak diperbolehkan ikut serta didalamnya. Tak jadi soal apabila kekhalifahan ini digilir untuk kabilah-kabilah selain Bani Hasyim, seperti kaum Anshar dan para budak, karena menurut mereka, keikutsertaan kabilah lain selain Bani Hasyim dapat menghilangkan kesan bahwa hanya Bani Hasyimlah yang paling istimewa. Hal ini mereka lakukan agar ungkapan "Tidak patut bagi Bani Hasyim menjadi Nabi dan Khalifah sekaligus" benar-benar tercapai. Akhirnya, ungkapan itu menjadi semacam keyakinan yang terpatri pada jiwa setiap kaum muslim.
Secara ijma` suku Qurais dapat menerima bahwa kenabian berasal dari Bani Hasyim, karena dianggap sebagai takdir yang tak dapat dicegah keberadaannya. Namun suku Qurais juga ingin meneruskan sistem politik warisan leluhurnya, sehingga mereka menempuh langkah memisahkan kenabian dan kekhalifahan dari Bani Hasyim. Tetapi, cita-cita mereka ini menemui jalan buntu selama Rasulullah masih hidup. Karena itu, mereka menanti saat tepat pada detik-detik akhir hayat Rasulullah.
Janji Umar bin Khatthab ra
Kenyataan yang buruk terjadi pada umat Islam manakala Umar bin Khatthab ra, ternyata bersepakat dengan keinginan orang-orang Qurais yang berbunyi: "Tidak patut kenabian dan kekhalifahan bersatu pada diri orang-orang Bani Hasyim". Jika demikian adanya, berarti Umar menyepakati keyakinan yang terpatri dalam jiwa bangsa Qurais. Hal itu tidak akan terwujud sebelum Rasulullah wafat.
Secara canggih, Umar menggunakan kedok syariat, yakni membungkus maksudnya dengan ungkapan-ungkapan kebenaran, yang sepintas bisa diterima. Maksud sebenarnya adalah untuk mencegah bersatuya kenabian dan kekhalifahan pada Bani Hasyim. Oleh karena itu, dari kacamata politik, yang sebenarnya bertarung adalah keinginan untuk kembali menerapkan sistem sosial politik jahiliyah disatu pihak melawan keinginan untuk mempertahankan dan meneruskan sistem sosial politik Islam yang masih berupa bayi dalam timangan Rasulullah.
Yaitu sistem politik dibawa masyarakat Qurais berdiri atas dasar pemerataan kekuasaan bagi setiap kabilah Qurais. Dilain pihak, khalifah yang dijagokan Rasulullah, Ali bin Abi Thalib, memiliki cacat dimata kabilah-kabilah Qurais. Ali lah yang membunuh pemuka-pemuka musrikin Qurais. Tak ada satu kabilah pun melainkan ada darah yang pernah ditumpahkan oleh Ali. Dialah pembunuh para pemimpin Bani Umayyah diperang Badar dan pembunuh Hanzalah bin Abi Sufyan, Al-Ash bin Hisyam bin Mughirah. Hisyam inilah pemimpin pamanya Amirul mukminin Ali.
Ali adalah juga pejuang gigih yang selalu melindungi Rasulullah dari serangan kafir Arab dengan pedang dan panahnya. Bagaimana mungkin Abu Sufyan meridhai orang yang membunuh anak dan paman-pamannya ini? Bagaimana pula Hindun dan putranya yang bernama Mu`awiyah dapat menerima kepemimpinan orang yang membunuh keluarga dan orang-orang yang dicintainya? Umar mungkin dapat menerima pembunuh pamannya karena keimanan yang telah tertanam pada dirinya. Akan tetapi bagi yang lain, sungguh mustahil untuk menerima kenyataan pahit itu.
Rasulullah tidak pernah menyakiti karena ia tidak pernah membunuh orang dengan kedua tanganya. Yang menjadi tangan kanan dan pedang beliau adalah Ali yang dicatat sejarah sebagai orang yang terbanyak mengucurkan darah kaum musrikin Qurais. Dari sini, menjadi wajar apabila bangsa Qurais begitu membenci Ali bin Abi Thalib. Kebencian itu begitu kuat sehingga tetap terselimuti selama Rasulullah masih hidup.
Sistem politik yang dianut bangsa Qurais itu begitu kuat tertanam dalam jiwa mereka, sehingga kalaupun mereka menerima apa yang ditetapkan oleh Rasulullah akan memimpin Ali, niscaya bangsa Qurais akan bersatu dibawah pimpinannya bahkan mereka akan saling berselisih dan bermusuhan. Keadaa semacam itulah yang membuat persoalanmasa depan umat menjadi mengkhawatirkan. Tidak urung akan timbul fitnah dan perselisihan diantara kaum muslimin sendiri. Mungkin, penafsiran seperti inilah yang membuat Umar mendukung perjuangan bangsa Qurais, dan bersama-sama bersepakat untuk mewujudkan cita-cita leluhur mereka, "Tidak patut kenabian dan kekhalifahan bersatu hanya milik Bani Hasyim."
Ali sendirian melawan kaum Qurais
Bangsa Qurais bersatu padu dalam satu ikatan dibawah syiar yang berbunyi "Tidak patut kekhalifahan dan kenabian bersatu hanya bagi Bani Hasyim." Kabilah-kabilah suku Qurais, tanpa terkecuali semuanya menyepakati syiar ini. Untuk melawan kenabian yang berasal dari Bani Hasyim, semua kabilah suku Qurais ikut andil dalam pemboikotan terhadap Bani Hasyim selama kurun waktu tiga tahun. Hal ini dilakukan dalam rangka mencegah kenabian dari Bani Hasyim, tetapi usaha ini sia-sia, dan pemboikotan yang mereka lakukan gagal. Sehingga setiap kabilah suku Qurais melanjutkan dengan makar mereka untuk membunuh Rasulullah. Mereka mengaplikasikan makar mereka ini dengan cara menunjuk dari setiap kabilah seorang pemuda untuk menjadi algojo. Akan tetapi makar mereka ini gagal, dan Rasulullah pun akhirnya selamat. Akhirnya mereka bersatu untuk membuat pasukan demi memerangi Bani Hasyim, tetapi langkah inipun gagal dan akhirnya mereka masuk dalam naungan Islam dan takluk pada kepemimpinan Muhammad saw. Dan, karena itu, mereka menyadari bahwa kenabian dari Bani Hasyim merupakan takdir yang tak dapat disangkal. Mereka mengikhlaskan kenabian itu kepada orang dari Bani Hasyim.
Namun tekad untuk tetap menjadi yang berkuasa tetap tidak luntur. Mereka kemudian mengpayakan berbagai hal agar kekhalifahan dan kenabian tidak terkumpul hanya pada orang Bani Haasyim. Maka mereka bertindak seperti halnya tindakan mereka terhadap Rasulullah saw. Tujuan mereka hanya satu, yaitu: Kekhalifahan jangan lagi jatuh ketangan orang Bani Hasyim. Selama Nabi berkuasa, mereka memendam cita-cita sambil terus mencari celah sambil terus mengenakan jubah identitas keislamannya.
Rencana kaum Qurais menghancurkan Bani Hasyim
Kaum Qurais menyadari bahwa Rasulullah sendiri pasti akan meninggal karena sakit yang diderita beliau. Rasulullah sendiri telah memberitahukan hal ini kepada mereka, dan mereka mempercayainya. Mereka menyadari bahwa membiarkan kondisi berjalan normal tanpa riak aksi, akan memuluskan kemenangan bagi Ali dalam kekhalifahan. Jika Ali menjadi khalifah, maka bahaya akan mengancam mereka; kekhalifahan dan kenabian berkumpul dalam rumah Bani Hasyim. Hal inilah yang membuat mereka tidak mempunyai pialihan lain, selain bergerak secara diam-diam demi mencegah bahaya yang akan mengancam tersebut.
Begitu pula yang terjadi dalam tubuh Bani Hasyim, khususnya Ali. Merekapun sibuk dngan luka yang mengancam dan dapat menghancurkan mereka. Mereka sadar bahwa Rasulullah akan meninggal karena sakit yang diderita. Rasa sakit beliau terasa perih didada Ali dan Ahlulbait. Bukan hanya karena saudara kandung atau adanya pertalian darah, tetapi karena Bani Hasyim adalah para pengikut setia Rasulullah. Tak ada saudara yang seagung Muhammad saw, yang menjadi tuan dan panutan bagi Bani Hasyim. Seluruh kerabat bergantung kepada beliau. Tka ada putra paman yang mempunyai keistimewaan seperti beliau dan tak ada orang yang dicintai melebihi beliau.
Rencana yang telah dipersiapkan
Timbulkah dalam benak kita pertanyaan-pertanyaan seperti; Bagaimana Umar dapat mengetahui bahwa Rasulullah hendak menuliskan wasiat pada hari, sehingga ia datang ketempat Rasulullah? Siapa yang memberitahukannya? Dan bagaimana golongan orang-orang yang menjadi pengikut Umar ini tahu? Yang ketika mendengar Rasulullah bersabda, "Mari, aku tuliskan kepada kalian sebuah tulisan yang kalian tidak akan sesat selamanya," dan mendengar Ibnu Khatthab menjawab sabda Rasulullah itu dengan berkata, "Bahwasanya Rasulullah tengah sakit parah, cukuplah bagi kita kitabullah ini," mereka menjawab, "Benar apa yang dikatakan Umar" dan mereka lantas berkata, "Rasulullah telah meracau, mengertilah bahwa beliau juga akan pergi seperti halnya orang-orang terdahulu dan sebagaimana kita ketahi bahwa setiap orang pasti akan mati?"
Apa yang dikatakan Rasulullah tidak mungkin dapat dijawab dengan seketika secara tepat. Jawaban yang dilontarkan Umar pun tak mungkin timbul secara spontan dan cepat. Pernyataan Umar yang mendatangkan konflik dan beragam pandangan ini secara logis lebih disebabkan karena ada satu keyakinan mereka terhadap isi kandungan al-Qur`an bahwa Rasulullah pasti akan menulis tulisan yang berisi seperti apa yang beliau akan tuliskan. Selain itu, ada pula semacam kesepakatan sebelumnya diantara mereka untuk mengalihkan perhatian dari Rasulullah dan apa yang akan beliau tulis. Sehingga walaupun mereka harus menghadapi Rasulullah, mereka dapat menghadapinya secaralogis, apa yang mereka katakan bahwa Rasulullah pasti akan meracau, juga menggambarkan bahwa ada kesepakatan diantara golongan mereka dalam menghadapi Rasulullah. Adapun pertanyaan apakah kesepakatan ini terjadi secara tidak sengaja atau memang telah direncanakan? Yang pasti, karena kejadian inilah kandungan syariat Islam menjadi rapuh.
Tragedi sakitnya Rasulullah
Dampak peertama dari rencana orang-orang Qurais adalah bahwasanya mereka dapat memutuskan keterkaitan antara Rasulullah dan apa yang hendak beliau tulis. Umar sebagai orang yang paling kuat pada golongan ini berkata kepada orang-orang yang hadir, "Sesungguhnya Rasulullah tengah mengalami sakit parah, cukuplah bagi kita berpegang teguh pada kitabullah." Artinya Umar bermaksud mengatakan, "Kita tidak memerlukan apa yang ditulis oleh Rasulullah." Perkataan ini jugalah yang membuat pengikut golongan ini berani berkata, "Rasulullah telah meracau, mengertilah bahwa beliau meracau."
Kesimpulannya, dampak pertama yang timbul dari rencana makar ini adalah terjadinya keterputusan antara Rasulullah dengan apa yang akan beliau katakan.Tidak diperdebatkan lagi bahwa Rasulullah sebenarnya akan menulis "Janganlah kalian lupa, sesungguhnya khalifah setelahku adalah Ali." Perkataan ini dapat mengancam golongan pembuat makar dan dapat memenjara misi mereka, sehingga memaksa mereka untuk menetapkan makar. Rasulullah sadar, seandainya mereka menjalankan makar itu pada waktu lain, niscaya agama Islam akan terancam. Maka Nabi lebih memilih tidak melanjutkan tulisan beliau dalam rangka untuk menjaga yang lebih penting, yaitu agama, dari hal yang juga penting yaitu kekhalifahan Ali. Sehingga beliau berkata kepada mereka, "Tinggalkanlah aku, apa yang ada padaku lebih baik dari apa yang kalian serukan kepadaku." Mereka memandang bahwa mereka telah menang dan telah memetik hasil. Juga mereka berkeyakinan bahwa penghalang terbesar dalam usaha mencapai tujuan telah dapat disingkirkan.
Strategi dalam mengalahkan Ali
Bangsa Qurais akan merasa tenang bila mereka dapat menemukan inti dari seluruh kekalahan mereka. Kunci rasa aman yang akan mereka dapati berada ditangan kaum Anshar. Apabila bangsa Qurais dapat merangkul pemuka-pemuka kaum Anshar, maka mereka akan memperoleh kemenangan gemilang dan selanjutnya adapat mewujudkan cita-cita leluhur mereka, yaitu mencegah orang-orang Bani Hasyim mendapatkan kekhalifahan dan kenabian sekaligus, dengan tindakan konkret mencegah Ali dari kursi kekhalifahan.
Jika kekhalifahan berada berada ditangan Ali, maka ia akan mencalonkan Hasan sebagai penggantinya, karena Hasan merupakan imam yang memenuhi semua syarat dan diakui oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia juga memiliki posisi khusus sebagai putra dari putri Rasulullah sehingga untuk melawan posisinya harus bersusah payah terlebih dahulu. Setelah itu, jika Hasan memegang kekhalifahan, maka ia akan mencalonkan Husain sebagai pemimpin setelahnya. Kalau Husain telah memimpin, maka tak akan satupun dapat meninggalkannya. Demikianlah seterusnya, kekuasaan akan turun temurun ketangan putra-putri Rasulullah yang merupakan golongan Bani Hasyim, sehingga Bani Hasyim akan menguasai kenabian dan kekhalifahan sekaligus, dan kemenangan menjadi mutlak berada ditangan Bani Hasyim.
Untuk mencegah hal demikian, dibuatlah kunci pembuka untuk menghapuskan opini yang mengatakan bahwa peluang menjadi wali sudah tertutup. Secara lebih rinci poin-poin yang dimaksud adalah:
Pertama, Sang penolong yang paling menentukan secara nyata adalah kaum Anshar. Jika kaum Anshar mendukung Ali, maka kekalahan akan menimpa bangsa Qurais, dan kekhalifahan serta kenabian akan murni hanya menjadi milik Bani Hasyim. Akan tetapi jika kaum Anshar berjuang bersama kaum Qurais dan mendukung tujuan mereka, maka kekalahan akan menimpa Bani Hasyim dan Ali. Oleh karena itu merupakan suatu keberhasilan jika kaum Anshar dapat mereka kuasai, sehingga mereka tidak mendukung Ali. Cita-citapun menjadi lebih mungkin untuk diwujudkan.
Kedua, adalah dengan cara menghapuskan kesamaan peluang, karena jika Ali beraa dalam posisi yang sama dengan seseorang dari suku Qurais dalam satu peluang yang sama, maka Ali akan mengalahkannya, sehingga Bani Hasyim akan menguasai kaum Qurais beserta para pemimpin mereka. Yang terpenting dilakukan pada kondisi seperti ini adalah memilih salah seorang suku Qurais, untuk bersaing dengan Ali tanpa mengatasnamakan individu, akan tetapi mengatasnamakan orang banyak, mengatasnamakan kaum Muhajirin, dan mayoritas umat Islam. Jika pemimpin Qurais melakukan cara seperti ini, memunginkan mereka untuk mengalahkan Ali.
Bergerak dengan cepat, yaitu dengan mengadakan pertemuan yang membicarakan tentang kekhalifahan, ketika keturunan-keturunan Rasulullah tengah sibuk menguburkan Rasulullah, agar mereka tidak mengetahui pertemuan itu, sehingga penobatan khlifah dapat diselesaikan tanpa kehadiran mereka semua. Bila ini terlaksana, reaksi Ahlulbait jadi terlambat. Dan Jika Ahlulbait menolak, berarti telah melawan daulah yang sah, me;awan pemimpin daulah, wakil, dan para tentara daulah tersebut, yakni para pengikut khalifah dan orang-orang yang turut serta membaitnya.
Pertemuan Saqifah
Nabi saw wafat, matahari yang menerangi bumi dengan cahayanya seolah hilang. Berita wafatnya Rasulullah tersebar kepada umat Islam, penduduk kota lalu bergegas dan berkumpul dirumah Rasulullah. Mereka semua mengelilingi rumah Rasulullah, mereka menangisi kepergian Nabi, wali dan pemimpin agung mereka.
Sementara anggota keluarga beliau, dibawah pimpinan Ali semuanya mengelilingi orang yang paling mereka cintai itu. Mereka masing-masing sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk kepentingan pemakaman suci Rasulullah. Pada saat itu juga, ditempat yang lain terdapat pertemuan disuatu tempat yang bernama Saqifah Bani Sa`idah.
Mengapa pertemuan Saqifah diadakan pada saat Rasulullah wafat? Siapa yang berinisiatif mengadakan pertemuan itu? Bagaimana mungkin pertemuan ini diadakan pada waktu Rasulullah wafat? Kapan mulai muncul inisiatif mengadakan pertemuan ini? Siapa saja yang hadir pada pertemuan ini dari kaum Anshar? Saqifah tentu tidak memadai untuk semua kaum Anshar, maka secara logika, apakah memang sebagian besar dari mereka berada dikediaman Rasulullah, ataukah mungkin berada disekitar rumah beliau? Apakah mungkin jika mereka semua tidak hadir dirumah Rasulullah secara serentak ? Siapa saja yang mulai datang kepertemuan ini? Memerlukan berapa lama pertemuan inii berlangsung? Mengapa tak satupun dari kaum Muhajirin yang mengetahui pertemuan ini kecuali Umar? Siapa yang memberitahukan pertemuan ini kepada Umar?
Ketika itu Umar tidak berada dirumah Rasulullah, maupun disekitar rumah beliau bersama orang-orang yang mengelilingi rumah beliau. Umar ketika itu berada disuatu tempat, dan ia mengetahui bahwa Abu Bakar pasti berada dirumah Rasulullah. Kemudian Umar menemuinya, dan berkata kepadanya, "Mari ikut denganku!" Kemudian Abu Bakar menjawab, "Aku sedang sibuk." Lalu Umar kembali berkata, "Telah terjadi sesuatu disuatu tempat yang harus kita datangi." Kemudian Abu Bakar pergi bersama Umar.
Abu bakar mengatakan bahwa dirinya tidak mengetahui bahwa kaum Anshar berkumpul di Saqifah Bani Sa`idah, mereka menghendaki agar Sa`ad bin Ubadah menjadi wali mereka sebagai pengganti Rasulullah saw. Ada perkataan salah seorang pemimpin dari mereka yang mengatakan, "Dari kita sebaiknya ada seorang pemimpin, begitu pula bagi suku Qurais juga ada seorang pemimpin." Merekapun bergegas mendatangi pertemuan itu, ditengah jalan mereka bertemu dengan Abu Ubaidah bin Jarrah. Mereka bertiga pun akhirnya pergi.
Ath-Thabari berkaa, "Bahwasanya orang yang pertama kali mendengar lkabar tentang pertemuan orang-orang dari kaum Anshar adalah Umar." Dalam riwayat lain, "Ada seseorang yang membawa kabar kepada Abu Bakar tentang petemuan itu." Dalam riwayat Ibnu Hisyam, "Datang seorang memberitahukan perihal pertemuan itu kepada Au Bakar dan Umar." Adapun mengenai siapa yang memberitahukan pertemuan ini, tak satupun yang mengetahuinya, karena nama orang ini hilang dan tidak diketahui.
Dua Orang dari golongan Anshar
Ketika ketiga orang itu berjalan menuju Saqifah, mereka bertemu dengan Uwaim bin Sa`adah al-Anshari dari Mu`in bin Adi.Mereka adalah orang Anshar yang paling baik.Dalam riwayat ath-Thabari disebutkan, Mereka bertemu dengan Ashim bin Adi dan Uwaim bin Sa`adah, mereka berdua adalah sahabat yang ikut serta pada perang Badar. Dalam riwayat lain disebutkan bahwa kedua orang tersebut berkata kepada mereka, "Kembalilah dan selesaikan segala persoalan yang ada diantara kalian." Pada riwayat yang lain disebutkan, "Kembalilah, karena ditempat itu tidak ada sesuatu yang kalian inginkan."
Yang harus kita cermati dari kejadian ini adalah, mereka berdua adalah dari golongan Anshar dan ikut serta pada pertemuan Saqifah ini. Keduanyapun sama sekali tidak pergi ketempat pertemuan itu, padahal mereka tahu betul bahwa di Saqifah ada suatu pertemuan.Arah kedua orang tersebut berlainan arah dengan ketiga orang dari kaum Muhajirin. Kemudian berlangsung obrolan antara kedua orang itu dengan ketiga orang dari kaum Muhajirin, setelah itu masing-masing dari merekapun akhirnya meneruskan perjalanan masing-masing secara berlainan arah. Hal ini dapat diketahui, karena tak satupun riwayat yang menjelaskan bahwa kelima orang orang tersebut berjalan menuju tempat pertemuan Saqifah. Kesimpulan obrolan mereka adalah, bahwa kedua orang tersebu berkata kepada ketiga orang dari kaum Muhajirin, "Kembalilah, dan selesaikanlah persoalan yang ada pada kalian." Artinya, persoalan yang mereka hadapi sama sekali tidak ada hubungannya dengan kaum Anshar. Ada juga yang meriwayatkan bahwa isi perkataan kedua orang tersebut adalah, "Ditempat itu tak ada sesuatu yang kalian inginkan." Artinya kaum Anshar tidak akan menjadi wali bagi kaum Muhajirin. Nah, riwayat manakah yang dapat dipercaya?
Keadilan Sahabat, sketsa politik Islam awal(Nazhariyyah `Adalah ash-Shahabah)-Ahmad Husain Ya`qub- hal 316-327
Penerbit Al-Huda
P.O.BOX: 7335JKSPM 12073
Email: info@ic-jakarta.com
icj12@alhuda.or.id
website: http//www.ic-jakarta.com

Mati Demi Cinta

Sekembalinya menguburkan jasad suci Imam Ali, Imam Hasan dan Imam Husai yang hendak kembali menuju Kufah, ditengah perjalanan keduanya melihat seorang lelaki miskin dan buta duduk disamping bangunan reyot. Wajahnya tampak sangat sedih dan ketakutan dengan kepala tertunduk seraya menangis. Keduanya bertanya, "Siapakah Anda? Mengapa bersediah?"
Ia menjawab, "Saya adalah orang asing dan sendirian. Saya tak punya seorangpun untuk berbagi duka. Selama setahun saya berada dikota ini. Setiap hari ada seseorang yang baik hati menemui saya dan menanyakan keadaan saya, memberi saya makanan, dan berbincang-bincang dengan saya. Namun sekarang telah tiga hari berlalu dan ia tidak datang kemari, tidak menanyakan keadaan saya."
Mereka bertanya, "Apakah engkau tahu namanya?"
Ia menjawab, "Tidak."
Mereka bertnya, "Apakah engkau tidak menanyakan namanya?"
Ia menjawab, "Saya sudah menanyakannya, namun ia menjawab, `Apa kepentinganmu dengan namaku. Saya merawatmu demi keridhaan Allah.`"
Mereka bertanya, "Bagaimana wajah dan postur tubuhnya?"
Ia menjawab, "Saya buta, saya tidak mengetahui wajah dan postur tubuhnya."
Mereka bertanya, "Apakah engkau sama sekali tidak mengenal ciri-ciri sikap dan pembicaraannya?"
Ia menjawab, "Lisannya senantiasa dalam keadaan berzikir. Tatkala ia berzikir dan bertasbih, bumi, pintu, dan dinding-dindingikut bertasbih bersamanya; tatkala duduk disamping saya, ia berkata, `Orang miskin duduk disebelah orang miskin, orang asing duduk disebelah orang asing.`"
Imam Hasan dan Imam Husain, amat mengenal orang baik dan tak dikenal itu. Mereka saling berpandangan dan berkata, "Wahai orang miskin dan asing! Ciri-ciri yang engkau sebutkan itu adalah ciri-ciri ayah kami, Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib."
Orang miskin berkata, "Lalu mengapa sudah tiga hari ini ia tidak menemuiku?"
Mereka menjawab, "Wahai orang miskin dan asing! Seorang terkutuk telah menghunuskan belatinya kekepalanya. Ia pun berpulang kehadirat Allah. Tadi baru saja kami kembali dari kuburnya."
Tatkala mengetahui peristiwa yang terjadi, orang miskin itu menjerit dan menangis. Ia merebahkan tubuhnya ketanah dan melempari wajahnya dengan pasir seraya berkata, "Apa keistimewaanku sehingga Amirul Mukminin merawatku? Mengapa mereka membunuhnya?"
Imam Hasan dan Imam Husain berusaha menenangkannya. Namun ia tak juga tenang. Kemudian orang tua miskin itu memeluk Imam Hasan dan Imam Husain, dan berkata, "Demi kakek-kakek kalian, demi jiwa ayah kalian yang mulia, bawalah aku kekuburnya."
Imam Hasan memegang tangan kanannya, sementara Imam Husain memegang tangan kirinya. Mereka memapahnya kekubur Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib. Setelah sampai, ia merebahkan dirinya kekubur beliau dalam keadaan menangis dan meratap. Ia berkata, "Ya, Allah, saya tak mampu menanggung beban perpisahan dengan ayah yang baik ini. Demi penghuni kubur ini, ambillah nyawaku!"
Do`anya terkabul! Iapun menghembuskan nafas terakhirnya diatas kubur suci Imam Ali. Menyaksikan kejadian itu, Imam Hasan dan Imam Husian tak kuasa menahan tangis kesedihan. Mereka berdua segera memandikan, mengafani, dan menyalati jenazah simiskin, lalu dikuburkan disekitar makam suci tersebut.
Cerita-cerita Hikmah (Dastan-e Dustan) - Karya Muhammad Muhammadi
Penerbit Cahaya